Charcoal atau arang adalah salah satu dari sekian ide yang paling mudah didapat dan dibuat. Namun tanpa pengelolaan yang baik penggunaan arang juga termasuk salah satu pendukung peningkatan Global Warming.

Di sisi lain, arang merupakan alternatif yang mudah dan effisien pada saat terjadi krisis bahan bakar. Kita tidak perlu membuang-buang waktu dan energi hanya untuk memperdebatkan minyak dan menunggu antrean panjang dalam pembelian minyak. Waktu dan energi kita manfaatkan untuk sesuatu yang ekonomis.

Arang dan teknologi


Sejak sebelum Masehi, sejak manusia mengenal logam, saya kira manusia sudah menggunakan arang untuk mendukung perkembangan teknologi. Hal ini bisa kita rujuk dari kisah-kisah para nabi.Dokumen lain yang mendukung argumen tentang andil arang dalam perkembangan teknologi yaitu pada masa feodal sekitar tahun 400 setelah Masehi.


Dalam teknologi masak-memasak, arang juga sudah menjadi bagian penting sejak manusia mengenal menu panggangan. Tidak bisa disebutkan sejak kapan manusia mengenal masakan barbeque dan sate, atau menu panggangan yang lain. Menu panggangan lebih layak dan mempunyai citarasa tersendiri bila dimasak di atas arang, meskipun masih memungkinkan dimasak di atas kompor gas atau minyak tanah atau mungkin kayu bakar, namun yang saya ketahui sejak jaman dulu menu panggang selalu menggunakan arang.


Memasuki masa industri, arang masih turut dalam perkembangan teknologi meskipun akhirnya digantikan dengan batu bara. Permulaan masa industri lebih banyak menggunakan arang sebagai energi untuk menggerakkan mesin. Bahkan sampai diperkenalkannya kendaraan mobil, arang juga masih turut ambil bagian dalam perkembangan teknologi manusia. Ford merancang mobilnya menggunakan bahan bakar arang. Bahkan sampai tahun 1930-an Jepang menggunakan teknologi otomotifnya dengan sumber tenaga arang.


Dan masih banyak lagi fakta yang mendukung partisipasi arang dalam perkembangan teknologi manusia.